Teori Mimetik
Secara esensial, teori mimetik melihat
bahwa karya seni adalah imitasi dari alam semesta. “The Mimetic Orientation- the
explanation of art as essentially an imitation of aspects of the universe”. Teori ini
bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut Abrams teori ini
merupakan teori yang paling primitif.Bagi
sebagian teoretikus, sastra adalah cerminan kehidupan. Karya sastra adalah
tiruan tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan dan alam semesta. Dalam
pandangan ini, sastra mempunyai sifat mimetik (mimetic).
Beberapa orang pemikir kebudayaan
pada awal perkembangan seni—terutama di Yunani—telah mengurai tentang tiruan
seni itu, antara fakta dan fiktif. Dalam pendekatan seni, ada yang disebut
dengan mimetik. Mimetik adalah sebuah pendekatan yang mendasarkan pada
hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya
yang melatar belakangi lahirnya karya sastra itu. Umumnya pendekatan mimetik
menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di
luar karya sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan
realitas. Aristoteles, filsuf Yunani, berpendapat bahwa mimesis bukan sekadar
tiruan. Bukan sekedar potret dan realitas, melainkan telah melalui kesadaran
personal batin pengarangnya. Puisi sebagal karya sastra, mampu memaparkan
realitas di luar diri manusia persis apa adanya. Maka karya sastra seperti
halnya puisi dan juga seni rupa merupakan cerminan representasi dan realitas
itu sendiri. Plato mengurai, seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal
yang ada dalam kenyataan yang tampak. Dan seni yang terbaik adalah lewat mimetik.
Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles
sejak masa keemasan filsafat Yunani Kuno, hingga pada akhirnya Abrams—seorang
ilmuawan sastra—memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis
sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan
ibu dan pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode
kritik sastra yang lain. Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan.
Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan
sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk
mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan
Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal
filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan
kehidupan ( Ravertz.2007: 12).
Berikut uraian sederhana yang mungkin bisa memberikan tambahan
referensi mengenai teori-teori sastra.Sedikit deskripsi tentang teori sastra mimesis berikut
dapat dijadikan
dasar rujukan untuk memulai belajar tentang teori sastra mimesis.
1.
Teori sastra mimesis menurut Plato
Seni hanya menyajikan suatu ilusi (bayangan/khayalan)
tentang kenyataan dan tetap jauh dari kebenaran.
Teori ini tidak semata-mata
menjiplak kenyataan melainkan sebuah proses kreatif, penyair sambil bertitim
pangkal pada kenyataan suatu yang baru dengan mimesis. Penyair menciptakan
kembali kenyataan seperti barang-barang yang pernah ada, atau seperti kita
bayangkan atau seperti yang ada (fakta dari masa kini atau masa silam,
keyakinan atau cita-cita).
Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan
Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunani Kuno, hingga pada akhirnya
Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis
seni selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan ibu
dari pendekatan sosiologi seni yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik
seni yang lain.